MADINAH – Dua calon jamaah haji (CJH) asal embarkasi Surabaya meninggal berturut-turut. Salah satunya Chamdanah Kalam Hasyim binti Kalam. Dia meninggal di dalam pesa wat Saudi Airlines sebelum tiba di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMMA), Madinah, kemarin (25/8) pukul 05.00 waktu Arab Saudi atau pukul 09.00 WIB. Penanggung Jawab Medis Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja (Daker) Bandara Jeddah- Madinah dr Royani Nurrohman menyatakan, perempuan 55 tahun yang lahir di Surabaya, 30 Agustus 1959, tersebut meninggal karena terkena serangan jantung. ”COD (certificate of death/surat keterangan kematian, Red) masih dalam proses pembuatan sekarang,” kata Royani kepada Jawa Pos kemarin

Chamdanah merupakan jamaah kloter 5 Surabaya (SUB 5). Almarhu mah menjadi jamaah haji kedua asal embarkasi Surabaya yang meninggal ketika tiba di Madinah. Sehari sebelumnya, Senin siang (24/8), Suparti binti Kasan Somin Kromoharjo, 70, asal Pacitan, meninggal di Hotel Mawaddah Safwa yang berjarak hanya 100 meter dari Masjid Nabawi. Suparti masuk dalam kloter 4 embarkasi Surabaya.

Suparti juga meninggal karena terkena serangan jantung pada Senin pukul 13.50 waktu Saudi atau 17.50 WIB. Menurut Sri Wahyuni, kerabat korban yang satu kamar dengannya, saat berangkat dari Pacitan, keadaan almarhumah baik. Dia memang memiliki penyakit bawaan diabetes melitus dan kolesterol tinggi. Tapi, kata Sri, beberapa minggu sebelum berangkat, Suparti yang berhaji bersama suaminya, Ismadi, 72, sempat dirawat di rumah sakit di Indonesia. ”Kondisinya drop pada pukul 09.00. Kami sempat kesulitan memanggil dokter kloter. Dia meninggal ditunggui suaminya,” ujar Sri. Kedua almarhumah akan dimakamkan di pemakaman Al Baqi, Madinah, setelah disalatkan di Masjid Nabawi.

Sementara itu, Kemenag memiliki kewajiban untuk menyelesaikan ibadah haji bagi jamaah yang meninggal. Kedua almarhumah nanti dibakdalkan petugas haji. Artinya, segala rukun dan wajib haji dilaksanakan petugas dengan atas nama orang yang meninggal. ”Nanti didata siapa saja yang meninggal dan akan dilaksanakan bakdal ibadah haji di Makkah,” ujar Kadaker Madinah Nasrullah Jasam.

Menurut Nasrullah, nanti keluarga bersangkutan mendapat sertifikat bahwa ibadah haji almarhumah telah dibakdalkan petugas Kemenag. Bukan hanya yang meninggal, jamaah haji yang sakit dan tidak kuat untuk melaksanakan ibadah juga diperbolehkan untuk dibakdalkan. Kecuali pada saat wukuf, akan dilakukan safari wukuf. Yaitu, jamaah yang sakit dibawa ke Arafah untuk mengikuti wukuf.

Kasi Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Kota Surabaya Farma di Hasyim menyatakan sudah mendapat informasi tentang meninggalnya dua CJH dari embarkasi Surabaya tersebut. Untuk itu, dia kembali mengingatkan CJH yang bersiap-siap berangkat agar selalu menjaga kesehatan. Sementara itu, kabar tentang jamaah haji yang sakit dan meninggal di Tanah Suci tersebut tak menyurutkan niat jamaah haji tertua embarkasi Surabaya. Dia adalah KH Sanusi, 92. Sanusi merupakan jamaah asal Banyuwangi yang tergabung di kloter 8. Dia pergi menunaikan rukun Islam kelima dengan ditemani sang istri Dalila, 66. Pria kelahiran 23 November 1923 itu mengaku bukan kali pertama menunaikan ibadah haji. Pada 1988 dia juga pernah terbang ke Tanah Suci. ”Dulu sendiri,” katanya. Sebab, tambah dia, sang istri tidak ikut dipanggil. Selanjutnya, pada 2009, Sanusi dan istri kembali mendaftar ke Kemenag Banyuwangi. Pada 2010 dia kembali dipanggil untuk men jalankan ibadah haji. Sayang, lagi-lagi sang istri tidak ikut terdaftar. Alhasil, Sanusi menunda keberangkatan. ”Pengen tiyang kalih (ingin berdua dengan istri, Red),” ucap Sanusi. Namun, akhirnya tahun ini keinginan Sanusi terwujud.

Sumber: Jawa Pos penerbitan tanggal 26 agustus 2015