Syukur Alhamdulillah, Sebuah kehormatan bagi Intanaya Haji Umroh Surabaya, karena seorang ulama’ Kharismatik dari lasem jawa tengah, KH. Abdul Qoyyum Mansur atau sering disapa Gus Qoyyum menunaikan ibadah umroh bersama INTANAYA Haji Umroh. Terimakasih atas kepercayaan yg di berikan kepada kami. Berikut adalah sebuah artikel dari situs nujateng.com yang mengulas mengenai Gus Qoyyum.
Provinsi Jawa Tengah banyak tokoh ulama yang terkenal bahkan sampai tingkat nasional. Di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, ada tokoh ulama kharismatik yang tidak banyak orang tahu, KH. Abdul Qoyyum Mansur atau sering disapa Gus Qoyyum yang meupakan pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Lasem. Gus Qoyyum, mungkin sudah tidak asing lagi bagi yang tinggal di Pesantren.
Gus Qoyyum adalah putra dari KH. Mansur Kholil yang merupakan pengasuh pondok pesantren An-Nur Lasem, Kabupaten Rembang. Setelah wafatnya sang Ayah, KH. Mansur Kholil pada tahun 2002 Ponpes tersebut diasuh langsung oleh Gus Qoyyum.
Di masyarakat, kiprah Gus Qoyyum sangat banyak, tidak sekadar mengisi pengajian rutin di pesantrennya, tetapi beliau juga memberikan nasihat pernikahan, pengajian umum, tablig akbar, diberbagai penjuru kota di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Saat melakukan tausiyah, Gus Qoyyum selalu memikat hadirin yang mendengarnya. Daya pikatnya tidak hanya pada gaya penyampainnya yang khas, tetapi kualitas materi yang disampaikan juga berbobot.
Walaupun terkenal dengan kecerdasannya, ternyata ada beberapa hal yang menjadi keistimewaan pada diri Gus Qoyyum. Dihimpun dari beberapa sumber, ternyata Gus Qoyyum tidak lulus Sekolah Dasar (SD). Menurut cerita, pada waktu masih kecil, Gus Qoyyum terkenal dengan kenakalannya, akhirnya sang ayah tidak mengizinkannya untuk melanjutkan sekolah. Selain tidak bersekolah, beliau juga tidak pernah mondok/nyantri di pesantren manapun, satu-satunya tempatnya belajar agama hanya kepada sang ayah, KH. Mansur Kholil. Berdasarkan penuturan orang-orang terdekat, beliau suatu kali pernah akan diberangkatkan mondok ke pesantren Mathaliul Falah yang diasuh oleh kh. Sahal Mahfudz di Kajen, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Entah atas alasan apa, beliau akhirnya mengurungkan diri untuk berangkat, padahal semua perbekalan untuk mondok sudah siap.
Tidak mau disebut laduni
Menurut Gus Qoyyum, kemampuan membaca dan mengakses literatur berbahasa arab, murni diperolehnya dari proses belajar yang panjang dengan abahnya. Padahal kitab-kitab yang dipelajarinya merupakan kitab rujukan wajib untuk mahasiswa Doktoral (S3) atau bahkan menjadi pegangan para guru besar juga ulama-ulama terkemuka.
Dari usia belia, beliau sudah menggemari membaca dan mengkaji tafsir Mafatihul Ghaib karya Fakhrudin Ar Razi,. Kitab tafsir 16 jilid yang menjadi bacaan wajib di program Doktoral Universitas Islam di manapun untuk kajian tafsir.
Kemampuan beliau menguasai kitab-kitab induk dan kitab rujukan, didukung oleh hafalan quran yang dimilikinya. Selepas tidak bersekolah, beliau fokus menghafal quran. Dan dalam waktu relatif singkat beliau berhasil menjadi hafidz quran dalam usia yang masih amat muda.
Kemampuannya yang luar biasa tersebut, membuat dipercaya oleh abahnya untuk mengajar kitab-kitab induk baik dalam bidang tafisr, hadis tasawuf fikih dan gramatika arab. Yang diajar pun adalah santri-santri senior pesantren-pesantren yang ada di Lasem.
Kejeniusan beliau adalah yang membuat banyak orang menyebutnya mendapat ilmu laduni (ilmu yang diperoleh tanpa belajar). Namun setiap kali disebut demikian, Gus Qoyyum selalu menekankan bahwa kemampuan yang dipunyai dapatkan dari proses belajar yang tekun dan berdisiplin tinggi dengan model sorogan kepada abahnya.
Cucu pendiri NU
Kakek dari Gus Qoyyum dari jalur ayah bernama KH. Kholil. Masyarakat Lasem biasa mengenalnya dengan nama Mbah Kholil,. Nama asli Mbah Kholil adalah Masyhuri. Tak banyak yang tahu bahwa Mbah Kolil merupakan teman akrab KH. Hasyim Asyari waktu belajar di Makkah. Mbah Kholil ini pula yang ikut berperan aktif dalam pendirian Nahdlatul Ulama di Surabaya pada 1926. Tak heran bila semasa hidupnya Gus Dur kerap mengunjungi rumah Kh Manshur Kholil yang juga ayah dari Gus Qoyyum.
Sedangkan dari jalur Ibu, Gus Qoyyum mempunyai darah keulamaan yang kental, Ibu beliau merupakan kakak kandung almarhum KH. Salah Mahfudz, yang pernah menjadi Rais Syuriah PBNU selama beberapa periode, dan juga ketua umum MUI pusat. Kakek Gus Qoyyum dari jalur ibu adalah KH. Mafudz yang merupakan ulama terkemuka pada masanya di wilayah Pati dan sekitarnya.
Dari jalur Ibu pula, Gus Qoyyum mempunyai hubungan nasab dengan Mbah Mutamakkin dari Kajen, ulama dan tokoh penting dalam khazanah keislaman dan ketasawufan yang meninggalkan banyak karya penting, juga pejuang yang memimpin perlawanan untuk menjajah Belanda dari bumi nusantara.
Sumber: nujateng.com