Intanaya Tour Travel Umroh Surabaya – Setelah Raya Idul Adha, sebentar lagi kita akan menemui sebuah hari bersejarah bagi umat Islam, yakni tanggal 1 Muharram 1437 Hijriah. Tahun baru Islam yang banyak sekali mengajarkan hal-hal penting dalam hidup.

Salah satu hikmah tahun baru Hijriah yang akan kita gali sekarang ini, adalah mengenai Sa’ad bin Rabi dan Abdurrahman bin ‘Auf. Dua orang shalih yang hidup pada zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saat Nabi Muhammad dan para sahabat melakukan hijrah dari Makkah dan Madinah, sambutan yang diterima oleh para kaum muhajirin sungguh luar biasa. Para penduduk Madinah menyambut dengan suka cita, dan dengan ikhlas membantu para saudara seiman yang berasal dari Makkah.

Sa’ad bin Rabi, adalah salah satu sahabat Nabi yang berasal dari Madinah, dan tergolong sebagai orang yang kaya raya. Maka ia mengatakan hal itu kepada Aburrahman bin ‘Auf untuk meyakinkan Abdurrahman mau menerima pertolongannya.

Apa yang ditawarkan oleh Sa’ad kepada Abdurrahman?

“Saudaraku, pilih separuh hartaku, dan ambillah”. Tak hanya harta yang ingin diberikan oleh Sa’ad, tetapi juga salah satu dari dua isterinya yang mana yang paling menarik perhatian Abdurrahman. Maka Sa’ad bersedia menceraikan isteri tersebut, agar bisa dinikahi oleh Abdurrahman. Penawaran yang sangat menggiurkan bukan? Bagaimana jika sobat ditawari separuh harta dari seorang yang kaya raya? Subhanallah.

Tapi Abdurrahman bin ‘Auf bergeming. Beliau berterima kasih terhadap kebaikan sahabat Sa’ad. Tetapi dengan halus, beliau menolak pemberian Sa’ad, baik harta maupun isteri. Sebagai gantinya, Abdurrahman hanya meminta dimana letak pasar agar ia bisa berdagang. Ia juga menolak ikan, tetapi menerima kail agar ia bisa memancing ikan itu sendiri. Hampir mayoritas penduduk Islam Madinah, dengan tulus dan ikhlas membantu sesuai kemampuan mereka apa yang bisa mereka berikan untuk saudara yang berasal dari Makkah tersebut.

Ini menjadi pelajaran untuk kita semua yang masih merasa Islam, bahwa saling menghormati dan menghargai antar umat beragama saja begitu penting, maka seharusnya saling menyayangi antar saudara juga penting. Sehingga timbul jiwa sosial yang tinggi, untuk saling tolong menolong dan membentuk kesatuan ukhuwah Islamiyah yang kokoh. Aamiin.

Secara pribadi, kita juga bisa belajar dari Sa’ad bin Rabi yang dengan keihklasannya ingin membantu Abdurrahman. Pun sebaliknya dengan Abdurrahman yang mencontohkan seorang jiwa pantang menyerah, berusaha dengan giat, dan tak hanya menerima suapan, melainkan menerima “pancing” agar bisa mencari ikan sendiri. Semoga saja, kita sebagai generasi muda Muslim di Indonesia juga mampu meneladi dua tokoh Islam ini. Dari sisi gemar menolong dan semangat ukhuwah, dan juga dari semangat hidup serta berwirausaha ataupun mencari nafkah sendiri ketimbang menuntut sana sini dan mengharap belas kasihan orang lain. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin.